kajian ayat surat al-baqarah ayat 137-138

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Al-Quran adalah kumpulan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, Al-Quran ini diturunkan untuk menjadi pedoman hidup umat manusia agar selalu berada di jalan kebenaran. Hal ini berkaitan dengan Q.S Al-Baqarah ayat 137-138, yang menjelaskan tentang perjanjian Allah dengan Nabi Ibrahim a.s. yang mana Allah telah berfirman, “Jika mereka, “yakni orang-orang kafir dari kalangan musyrik dan Ahli Kitab,”beriman kepada apa yang telah kamu imani”, seperti beriman kepada Allah dan para rasul-Nya tanpa membeda-bedakan, “maka sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk”, yakni mengena kepada kebenaran. “Dan apabila mereka berpaling” dari kebenaran kepada kebatilan setelah ditegakkannya hujan kepada mereka, “maka sesungguhnya mereka berada dalam perselisihan. Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka”, yakni Allah akan menolongmu dan memenangkanmu atas mereka. “Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Terang sekali tujuan ayat ini. Persetujuan seluruh umat manusia hanya akan tercapai bilamana penyerahan meraka hanya satu, yaitu kepada Allah saja. Apabila berpaling daripada Allah kepada yang lain, niscaya perpecahanlah yang timbul, sebab Allah Esa, dan yang lain adalah berbilang dan cerai berai. Dengan demikian kita harus berserah diri hanya kepada Allah bukan kepada yang lain karena hanya Allah yang akan memberikan kita petunjuk seperti yang tercantum dalam Q.S Al-Baqarah ayat 137-138

1.2 Perumusan Masalah

Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi makalah ini dengan tidak lepas dari materi yang menjadi problema, yaitu:

a. Bagaimana bunyi Q.S Al-Baqarah ayat 137-138?

b. Bagaimana kandungan Q.S Al-Baqarah ayat 137-138?

c. Bagaimana tafsir Q.S Al-Baqarah ayat 137-138?

1.3 Tujuan Penyusunan makalah

Maksud dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas program tutorial mata kuliah pendidikan agama islam. Sedangkan tujuan khusus dari pembuatan makalah ini, yaitu untuk mengetahui, meneliti, memahami serta mengkaji ayat-ayat Allah yang berkaitan dengan perjanjian dengan Nabi Ibrahim a.s..

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kandungan Ayat

Al-Qur’an surat Al-baqarah ayat 137-138

Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. 2:137)

Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nyalah kami menyembah. (QS. 2:138)

2.2 Tafsir Q.S. Al-Baqarah:137-138

2.2.1 Tafsir Ibnu Katsir

Allah SWT berfirman, “Jika mereka, “yakni orang-orang kafir dari kalangan musyrik dan Ahli Kitab,”beriman kepada apa yang telah kamu imani”, seperti beriman kepada Allah dan para rasul-Nya tanpa membeda-bedakan, “maka sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk”, yakni mengena kepada kebenaran. “Dan apabila mereka berpaling” dari kebenaran kepada kebatilan setelah ditegakkannya hujan kepada mereka, “maka sesungguhnya mereka berada dalam perselisihan. Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka”, yakni Allah akan menolongmu dan memenangkanmu atas mereka. “Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Shibghah Allah, yakni agama Allah, Shibghatallah dinashabkan oleh fi’il amar yang berarti ‘pegang teguhlah shibghah Allah’, yakni fitrah Allah. “Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nyalah kami menyembah,” yakni taat.

2.2.2 Tafsir Al-Azhar

“Maka jika mereka telah percaya sebagaimana yang telah kamu percaya, sesungguhnya telah dapat petunjuklah mereka,”(pangkal ayat 137). Dengan pangkal ayat ini mereka diajak berpikir yang waras, yang logis (menurut Manthiq).

Kalau mereka sudi menurut pikiran yang teratur, tidak dipengaruhi oleh hawa nafsu mempertahankan golongan, tentu mereka akan menyetujui. Yaitu bahwa sekalian nabi, sejak dari ibrahim a.s. sebagai nenek moyang, sampai kepada ismail a.s., sampai kepada musa a.s. sebagai rasul pahlawan pembebas bani israil dari belenggu perbudakan Fir’aun, sampai kepada Isa Al-Masih, sebagai pemberi peringatan kembali akan pokok ajaran Taurat, adalah semuanya beliau-beliau itu penegak dari hanya satu paham saja, yaitu menyerah diri kepada Allah yang tunggal. Kalau mereka telah menyetujui, ini dengan sendirinya mereka telah memegang petunjuk itu, artinya itulah hakikat yang ditegakkan oleh nabi Muhammad saw sebagai penyambung usaha nabi-nabi yang dahulu itu.

Maka kita perhatikan bunyi ayat sekali lagi. Di dalam ayat ini tidak ada perkataan: “Masuklah ke dalam agama kami nini supaya kamu mendapat petunjuk seperti kami pula.”Tetapi susunan ayat lebih halus dari itu, yaitu kalau kamu telah benar-benar menyerah diri dengan tulus-ikhlas kepada Allah, dengan sendirinya kamu telah mendapat petunjuk. Maka dengan ayat ini, kita yang telah mengakui diri orang islam, karena kebetulan kita keturunan orang islam, diberi pula peringatan bahwa islam yang sebenarnya ialah penyerahan diri yang sebenarnya kepada Allah, disertai ikhlas, tidak bercabang kepada yang lain. Meskipun bernama orang islam, tetapi penyerahan diri tidak bulat kepada Allah, sama sajalah dengan orang Yhudi dan Masrani yang mengambil persandaran kepada nabi-nabi Allah pada nama, padahal tidak ada hakikat. Mka sesuailah semuanya itu dengan maksud ujung ayat: “Tetapi jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka akan berpecahbelah.”

Terang sekali tujuan ayat ini. Persetujuan seluruh umat manusia hanya akan tercapai bilamana penyerahan meraka hanya satu, yaitu kepada Allah saja. Apabila berpaling daripada Allah kepada yang lain, niscaya perpecahanlah yang timbul, sebab Allah Esa, dan yang lain adalah berbilang dan cerai berai. Yng ini mengatakan ‘Uzair anak Allha, yang itu mengatakan al-Masih anak Allah, yang lain menghadapkan hati kepada berhala. Perpalingan membawa perpecahan dan perpecahan membawa permusuhan. Tidak ada agama lagi yang tegak, tetapi mempertahankan pengaruh dan kedudukan. Berkali-kali, beratus bahkan beribu kali terjadi peperangan dan pertumpahan darah, karena mempertahankan pendirian masing-masing dan tidak bertemu jalan damai. Maka kepada nabi Muhammad saw sudah teguh dan tetap, tidak berkisar lagi yaitu pegangan nabi ibrahim a.s. tadi, Hanifan-Musliman. Perselisihan yang terjadi diantara penyembah berhala sesama penyembah berhala, semuanya tidak akan membahayakan bagi Rasul dan orang yang beriman kepada ajarannya, asal mereka tidak beranjak dari pendirian yang digariskan itu, bahkan merekalah yang akan membawa damai bagi segala yang bertentangan: Fasayakfikahumulah! Allah akan menyelamatkan engakau daripada mereka. Ayat sekelumit kecil ini amat luas yang dicakupnya. Asal pegangan sudah ada, asal tauhid sudah matang, janganlah bimbang menghadapi hidup. Tidak ada syaitan yang akan dapat memperdayakan, tidak ada jin yang akan dapat mempengaruhi, tidak ada manusia yang akan dapat membujuk. Demikian luas dan dalamnya pengaruh sabda Tuhan yang sepatah ini, sehingga dia dapat kita ingat diwaktu-waktu kita mengahadapi bahaya. Apapun yang kita hadapi, namun Tuhan akan tetap menyelamatkan dan memelihara kita, asal kitapun ingat selalu kepadaNya. “Karena dia adalah Maha mendengar, lagi Maha mengetahui.” (ujung ayat 137)

Tuhan mendengar apa pokok yang diperselisihkan dan tuhan mengetahui apa tujuan mereka masing-masing. Dan Tuhanpun Mendengar dan Mengetahui apa kegiatan Muslimin sendiri di bawah pimpinan RasulNya menegakkan dakwah Islamiyah yang sejati. Apabila Rasul Allah, dan orang-orang yang beriman sertanya tetap berpegang teguh pada pendirian yang telah digaridkan Allah itu.

Kemudian diberikan Tuhanlah jaminan yang tertinggi atas nilai pendirian agama Nabi Ibrahim a.s. itu, maka sabda Tuhan: “Celupan Allah, dan siapakah lagi yang lebih bagus celupannya daripada Allah.” (Pangkal ayat 138)

Shibghatal-Lahi: Celupan Allah! Berkata al-Akhfasy dan lain-lain: “Celupan Allah, artinya agama Allah!”

Menurut satu riwayat dari ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan celupan Allah ialah Agama Allah, menurut keterangan yang disampaikan oleh Abd bin Humaid dan ibnu Jarir dari mujahid bahwa maksud Celupan Allah itu ialah Fitrah Allah, atau kemurnian Allah yang telah difitrahkan manusia atasnya.

Menurut satu penafsiran pula dari Qatadah, yang dirawikan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Mundzir, berkata Qatadah: “Orang Yahudi mencelup anak-anaknya dengan celupan keyahudian. Orang nasranipun mencelup anak-anaknya dengan celupan kenasaranian, tetapi sesungguhnya celupan yang asli daripada Allah ialah islam, dan tidak ada satu celupanpun yang lebih bagus dan lebih bersih daripada celupan Islam. Sebab dialah agama Allah yang telah diutus dengan dia Nuh dan Nabi-nabi yang dating sesudahnya.

Dari keterangan tafsir-tafsir sahabat dab tabi’in tentang shibghah atau celupan ini, dapatlah kita pahami ke mana maksudnya disini.

Tuhan telah meninggalkan dua celupan, yang keduanya asli dan tidak dapat dibandingi dan ditandingi. Yang pertama ialah celupan warna pada alam, yang dapat dilihat dengan mata. Ini dilakukan oleh sebuah Hadits yang dirawikan oleh Ibnu Mardawaihi, dan ibnu abbas, bahwasanya Rasulullah saw pernah menceritakan bahwa Bani Israil pernah bertanya kepada Musa a.s. apakah Tuhan Allah itu mencelup juga? Mendengar pertanyaan demikian marahlah nabi Musa a.s. kepada mereka dan disuruhnya mereka supaya bertakwa kepada Allah, jangan sampai bertanya sedemikian rupa. Tetapi tidak berapa lama kemudian datanglah seruan Allah kepada Musa a.s.: “Bertanyalah mereka kepada engkau adakah Allahmu itu mencelupi alam ini?” menjawab nabi Musa a.s.: “Benar, ya Tuhanku, mereka tanyakan demikian kepadaku.” Maka bersabdalah Allah kepada Musa: “Katakanlah kepada mereka itu bahwa memang Allah memberikan celupan warna, semuanya adlah celupan.” Menurut Hadits yang dirawikan Ibnu Abbas itu, maka turunlah ayat ini kepada Nabi Muhammad saw menyatakan celupan Allah, bahwa tidak ada yang lain yang sanggup mencelup seindah celupan Allah.

Dari kedua macam tafsir ini dapatlah kita memahami bahwa keduanya dapat diterima. Pertama ialah bahwa alam ini dicelup oleh Tuhan sendiri, dengan warna-warna yang merah, yang hitam, yang jingga, ungu, dan lain-lain. Sebagaimana yang disebutkan Tuhan kepada Nabi Musa a.s. seketika Bani Israil bertanya itu.

Dengan memegang tafsiran ini, maka ayat ini dapat kita pergunakan buat merenungkan keindahan warna di dalam alam sekeliling kita ini. Warna asli dari Allah, tiap pagi dan tiap petang bertukar celupannya, yang kelihatan kemarin, tidak kelihatan lagi hari ini. Dan esok lain lagi. Berjuta-juta hari telah berlalu dan berjuta pula hari akan dating sampai dating kiamat kelak. Adalah kita bosan melihatkan matahari ketika terbit dan kemudian ketika terbenam? Bagaimana warna langit ketika itu? Adakah seorang yang sanggup menirunya? Gambar lukisan indah buatan Rembrant, atau Rafael, dan lain-lain, memang mengagumkan. Apakah sebabnya dikatakan mengagumkan? Ialah karena mereka sebagai ahli seni yang besar telah mendekati hakikat yang dijadikan Tuhan.

Celupan Allah atas alam ini adalah keindahan yang asli, yang di dalam filsafat disebut aestetika. Maka manusia yang sanggup mendekati keindahan yang asli itu sekali lagi kita katakana: Mendekati! Manusia yang sanggup mendekati keaslian itu dalam lukisannya, dalam campuran warnanya, dinamai seniaman. Bertambah pandai mereka mendekati, bertambah agunglah mereka dalam pandangan para peminat seni. Sebab itu kebenaran seni bukanlah keasliannya, melainkan pula kesanggupannya mendekati keaslian.

Begitu uraian kita tentang tafsir celupan itu, yang pertama. Yaitu celupan atau campuran warna ciptaan Allah yang tidak dapat diatasi oleh siapapun dalam hal ini.

Sekarang kita masuk kepada tafsiran yang kedua.

Penafsiran yang kedua sebagai dari Tabi’in yang ternama tadi, yaitu Mujahid, arti celupan ialah fitrah, yang dapat kita artikan warna asli, atau celupan asli dari jiwa manusia. Dan menurut penafsiran Qatadah tadi dikatakan bahwasanya keyahudian dan kenasranian adalah celupan buatan manusia yang dicelupkan oleh ayah kepada anak, atau celupan pendeta, yang sewaktu-waktu pasti luntur. Maka islam yang berarti penyerahan diri yang sungguh-sungguh kepada Dzat Allah YME, adalah celupan asli pada akal manusia. Sama terjadinya dengan akal itu sendiri. Sebab itu dapatlah dipahami suatu Hadits Shahih yang terkenal, bahwasanya manusia seluruhnya ini dilahirkan dalam fitrah, artinya dalam islam. Cuma pendidikan ayah bundanyalah yang membuat anak jadi yahudi, jadi nasrani atau jadi majusi.

Teringat lagi kita suatu tafsir yang lain dari Ibnu Abbas, menurut yang diriwayatkan oleh Ibnu an-Najjar di dalam Tarikh Baghdad, bahwa arti celupan ialah putih. Artinya masih putih bersih jiwa itu dalam fitrahnya, sebelum dihinggapi oleh warna paham lain.

Sebab itu dapatlah kita simpulkan kembali ayat ini kepada ayat-ayat yang sebelumnya. Yaitu bahwasanya agam Hanif ajaran Ibrahim a.s. itu adalah celupan asli Tuhan, yaitu fitrah manusia, itulah tauhid yang sejati. Celupan manusia akan luntur karena pergiliran zaman. Dia tidak akan tahan kena cahaya matahari kebenaran. Adapun akidah islamiyah yang dipusatkan daripada Nabi Ibrahim a.s. tidaklah lekang karena panas, tidak lapuk karena hujan.

Maka agama Hnif itulah celupan Allah yang sejati, pakaian sejak mulai membuka mata menghadapi hidup, sampai menutup mata meninggalkan dunia.

Sebab itu tersebutlah di dalam sebuah Hadits yang dirawikan oleh imam Ahmad daripada Umamah;berkata dia, berkata Rasulullah saw

“Aku diutus dengan agama Hanif yang sangat berlapang dada (toleransi, pemaaf).”

Demikian juga menurut sebuah Hadits yang dirawikan oleh Imam Ahmad dan Bukhari dan Ibnul Mudzir dari Ibnu Abbas, berkata Ibnu Abbas:”Orang bertanya kepada beliau: “Ya Rasulullah! Manakah agama yang lebih disukai oleh Allah?” Beliau menjawab:”Islam agama Hanifiyah as-Samha,”yaitu agama yang Hanif dan berlapang dada.”

Bertambah maju ilmu pengetahuan manusia di dalam menyelidiki alam ini dari segala bidangnya, bertambah dekatlah mereka sampai kepada kesimpulan akan keesaan Allah dan bertambah menyerahlah mereka kepada Allah. (Hanifan Musliman), meskipun mereka belum mendaftarkan diri dengan resmi masuk islam. Sebab agama Hanif itu adalah celupan Allah sejati, maka siapapun diantara makhluk Allah tidak ada yang akan dapat mengatasi celupan Allah itui;”Dan kami, kepadaNyalah kami menghambakan diri.” (ujung ayat 138)

Kalau kita ambil tafsiran yang pertama tadi, yaitu bahwa celupan Allah atas alam, denga berbagai ragam warna, tidaklah dapat diatasi oleh pencelup yang lain, atau keindahan alam karena keindahan Allah. Kita sampai kepada intisari agama denga melihat benda yang nyata di sekeliling kita. Kita mengakui beribadat kepada Allah. Disini kita mendapat Allah di dalam seni.

Kalau kita ambil penafsiran kedua, bahwa celupan Allah yang asli itu ialah keadaan fitrah manusia, jiwa murni manusia, belum dicampuri oleh celupan dan lukisan warna manusia, yang bisa rusak karena hujan dan panas, sampailah kita kepada hakikat hidup, artinya sampailah kepada Tuhan dari segi kerohanian. Disini kita mendapat Allah dari segi filsafat. Sebab campuran warna yang lahir telah menimbulkan kesan kepada campuran warna ynag batin.

Disamping kedua tafsiran tadi, Shibghah dengan makna warna-warni yang diciptakan Allah di dalam Alam, yang menimbulkan minat kesenian, dan shibghah dengan arti fitrah, celupan asli jiwa manusia, bertemu lagi keterangan dari setengah ahli tafsir. Kata mereka, asalnya maka timbul kata celupan ini ialah karena orang nasrani membaptiskan puteranya dengan air, yang mereka namai Ma’mudiyah, atau Baptisan atau Doop atau dipermandikan, barulah mereka berkata: Shibghahtallah, celupan Tuhan, artinya Islam, inilah permandian yang betul.

Bila kita renungkan penafsiran yang ketiga ini, dapatlah kita menarik garis perbedaan paham tentang kesucian jiwa di antara islam dengan nasrani. Di dalam islam, anak lahir kedunia dalam keadaan suci, tidak ada dosa dan bersih (fitrah); setelah datang kedalam lingkungan orangtuanya, barulah anak itu mempunyai warna yang tidak asli. Oleh sebab itu maka hendaklah pendidikan orang tua memelihara dan menumbuhkan kemurnian anak itu di dalam hidupnya, agar tidak terlepas daripada beribadat kepada Allah. Sedang bagi agama nasrani adalah sebaliknya;anak lahir kedunia adalah dalam dosa, yaitu doasa waris dari Nabi Adam. Setelah dipermandian dengan air serani itu, barulah dia bersih dari dosa. Karena dengan permandian itu berarti bahwa dia telah diberkati oleh Yesus Kristus yang dianggap sebagai Tuhan yang menebus dosa manusia dengan mati di kayu palang.

Setelah mengakui celupan Allah, yang satu kuasapun tidak sanggup menyamai, usahapun melebihi celupan Allah, seorang yang beriamn bertambah insaf akan kebesaran Tuhan. Dan keinsafan itu dibuktikannya dengan berbuat baik. Beribadat mempertahankan diri. Sebab itu jelaslah bahwa peribadatan timbul sesudah berpikir.

Bagaimana orang yang telah mencoba pendirian demikian, hanya Allah tempat mereka berabdi, menyembah dan memuja, akan dapat diajak turun kembali pergi menyembah semua makhluk?

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bunyi surat Al-Baqarah ayat 137-138:

-

Kandungan Ayat:

Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. 2:137)

Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nyalah kami menyembah. (QS. 2:138)

Tafsirannya:

Orang yang beriman kepada Allah maka akan mendapat petunjuk, sedangkan orang yang yang tidak beriman kepada apa yang diimani oleh orang yang beriman maka dia telah memusuhi kebenaran dan menentang petunjuk (QS. 2:137)

Perkataan orang-orang mukmin dirangkaikan dengan firman Allah dalam suatu rangkaian kalimat, sebagai pertanda adanya hubungan yang kuat antara mereka dengan Tuhannya, dan menunjukkan konsistensi yang menghubungkan mereka dengan Tuhannya. Contoh seperti ini banyak terdapat dalam Al-Quran dan hal ini mempunyai makna yang besar (QS. 2:138)

3.2 Saran

Penulis menyadari, masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca sekalian sangat penulis harapkan demi perbaikan pembuatan makalah yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Tafsir Al-azhar Juz 1

Tafsir Ibnu Katsir Juz 1

Tafsir Fi Zhilalil-Quran 1

Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Proses KBM

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang digunakan oleh bangsa Indonesia sejak lahirnya Ikrar Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, sejak itulah bahasa Indonesia dijadikan bahasa pemeratu bagi bangsa Indonesia.

Bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu bagi bangsa Indonesia yang memiliki berbagai macam bahasa daerah, karena dengan bahasa Indonesia semua warga Indonesia dapat berkomunikasi dengan warga lain tanpa adanya kesalah pahaman atau perbedaan bahasa, dalam artian setiap warga tidak dapat menggunakan bahasa daerah masing-masing untuk berbicara dengan umum, karena tidak semua orang mengerti bahasa yang ia gunakan. Untuk itulah pentingnya penggunaan bahasa Indonesia.

Penggunaan bahasa Indonesia dewasa ini telah mengalami penurunan, dalam arti masyarakat sekarang ini lebih sering menggunakan bahasa asing atau bahasa popular dalam kehidupannya, tidak hanya di kehidupan masyarakat, dalam dunia pendidikan pun bahasa Indonesia sudah yang baik dan benar sudah sedikit mengalami penurunan.

Dari paparan di atas, tentu sangat jelas diperlukan pembudidayaan bahasa Indonesia dalam pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu alternatif terbaik untuk membudidayakan bahasa Indonesia agar menjadi bahasa yang benar-benar di -gunakan sesuai peraturan dan sesuai fungsinya.

1.2 Masalah

Menurunnya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.

1.2.1 Rumusan Masalah

  1. Bagaimana penggunaaan bahasa Indonesia dalam proses kegiatan belajar mengajar.
  2. Bagaimana meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kegiatan belajar mengajar.

1.2.2 Batasan Masalah

Dalam makalah ini kami hanya membahas penggunaaan bahasa Indonesia dalam proses kegiatan belajar mengajar.

1.3 Tujuan

Makalah ini dibuat untuk mengetahui sejauh mana penggunaan bahasa Indonesia dalam proses KBM. Selain itu, juga untuk menambah pengetahuan tentang penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik dari segi penulisan dan pengucapan.

BAB 2

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM PROSES KBM

2.1 Makna Belajar dan Mengajar

Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku guru dalam mengajar adalah pemahaman guru tentang arti belajar dan mengajar. Oleh karena itu, sebelum membahas KBM yang menunjang pencapaian kompetensi, terlebih dahulu perlu dibahas tentang arti belajar dan mengajar.

Makna dan hakikat belajar seringkali hanya diartikan sebagai penerimaan informasi dari sumber informasi (guru dan buku pelajaran). Akibatnya, guru masih memaknai kegiatan mengajar sebagai kegiatan memindahkan informasi dari guru atau buku kepada siswa. Proses mengajar lebih bernuansa ‘memberi tahu’ daripada ‘membimbing siswa menjadi tahu’, sehingga sekolah lebih berfungsi sebagai ‘pusat pemberitahuan’ daripada sebagai pusat ‘pengembangan potensi siswa’. Perilaku guru yang selalu ‘menjelaskan’ dan ‘menjawab langsung’ pertanyaan siswa merupakan salah satu contoh tindakan yang menjadikan sekolah sebagai pusat pemberitahuan.

Pandangan belajar yang lebih bersifat ‘menyerap’ informasi berakibat pada perilaku mengajar yang lebih bersifat ‘menuangkan’ informasi (baca: memberitahu), Hal ini pada akhirnya dapat membuat siswa memiliki sifat ketergantungan pada orang lain. Pada pandangan ‘konstruktivisme’, Belajar diartikan sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dilakukan sendiri oleh siswa dan dimantapkan bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa. Belajar bukanlah proses menyerap makna (baca: pengetahuan) yang sudah jadi kebiasaan guru. Hal ini diperkuat dengan bukti bahwa, hasil ulangan siswa pada akhir KBM beragam padahal mereka mengalami PBM yang sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama. Pengetahuan ternyata tidak pindah begitu saja dari guru ke siswa, melainkan dibangun sendiri oleh siswa.

Akibat logis dari pengertian belajar di atas, maka mengajar merupakan kegiatan partisipasi guru dalam membangun pemahaman siswa. Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa dalam membangun pemahaman, maka partisipasi guru jangan sampai merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya. Dengan kata lain, partisipasi guru harus selalu menempatkan pembangunan pemahaman itu adalah tanggung jawab siswa itu sendiri, bukan guru. Partisipasi guru hendaknya dibatasi pada peran fasilitator dan mitra-belajar, misalnya dengan cara bertanya yang merangsang berpikir dan berbuat, mempertanyakan, meminta kejelasan, atau menyajikan situasi berpikir untuk siswa.

2.2 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah

Pendidikan bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah. Tak heran apabila mata pelajaran ini kemudian diberikan sejak masih di bangku SD hingga lulus SMA. Dari situ diharapkan siswa mampu menguasai, memahami dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa. Seperti membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Kemudian pada saat SMP dan SMA siswa juga mulai dikenalkan pada dunia kesastraan. Dimana dititikberatkan pada tata bahasa, ilmu bahasa, dan berbagai apresiasi sastra. Logikanya, setelah 12 tahun mereka merasakan kegiatan belajar mengajar (KBM) di bangku sekolah. Selama itu pula mata pelajaran bahasa Indonesia tidak pernah absen menemani mereka.

Tetapi, kualitas berbahasa Indonesia para siswa yang telah lulus SMA masih saja jauh dari apa yang dicita-citakan sebelumnya, yaitu untuk dapat berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini masih terlihat dampaknya pada saat mereka mulai mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Kesalahan-kesalahan dalam berbahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan yang klise masih saja terlihat. Seolah-olah fungsi dari pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah tidak terlihat maksimal

Pelajaran bahasa Indonesia memang dianggap sebagai dasar dari semua pelajaran yang ada di sekolah. Tanpa pelajaran bahasa Indonesia yang baik, pelajaran lain kemungkinan juga akan menjadi kurang baik pula. Dalam pelajaran bahasa Indonesia setiap siswa diharapkan dapat mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara baik. Kalau pengetahuan dan praktik pelajaran bahasa Indonesia kurang baik siswa tidak dapat menyampaikan mengungkapkan pelajaran lain secara baik pula, misalnya dalam menjawab soal, menganalisis, menguraikan jawaban, dsb.

Pelajaran bahasa Indonesia mulai dikenalkan di tingkat sekolah sejak kelas 1 SD. Seperti ulat yang hendak bermetamorfosis menjadi kupu-kupu. Mereka memulai dari nol. Pada masa tersebut materi pelajaran bahasa Indonesia hanya mencakup membaca, menulis sambung serta membuat karangan singkat. baik berupa karangan bebas hingga mengarang dengan ilustrasi gambar sampai ke tingkat-tingkat selanjutnya, Pola yang digunakan juga praktis tidak mengalami perubahan yang signifikan. Pengajaran bahasa Indonesia yang monoton telah membuat para siswanya mulai merasakan gejala kejenuhan akan belajar bahasa Indonesia. Hal tersebut dipersulit dengan adanya buku paket yang menjadi buku wajib. Sementara isi dari materinya terlalu luas dan juga cenderung bersifat hafalan yang membosankan. Inilah yang kemudian akan memupuk sifat menganggap remeh pelajaran bahasa Indonesia karena materi yang diajarkan hanya itu-itu saja. dengan kualitas yang memuaskan serta dengan menggunakan ejaan dan tanda baca yang memadai ialah anak-anak di kelas jarang menulis dengan kata- kata mereka sendiri. Mereka lebih sering menyalin dari papan tulis atau buku pelajaran. Dari data tersebut menggambarkan hasil dari KBM bahasa Indonesia di sekolah masih belum maksimal. Walaupun jam pelajaran bahasa Indonesia sendiri memiliki porsi yang cukup banyak.

Seharusnya pada masa ini siswa sudah mulai diperkenalkan dengan dunia menulis (mengarang) yang lebih hidup dan bervariatif. Dimana seharusnya siswa telah dilatih untuk menunjukkan bakat dan kemampuannya dalam menulis: esai, cerita pendek, puisi, artikel, dan sebagainya. Namun, selama ini hal itu dibiarkan mati karena pengajaran bahasa Indonesia yang tidak berpihak pada pengembangan bakat menulis mereka. Pengajaran Bahasa Indonesia lebih bersifat formal dan beracuan untuk mengejar materi dari buku paket. Padahal, keberhasilan kegiatan menulis ini pasti akan diikuti dengan tumbuhnya minat baca yang tinggi di kalangan siswa.

Tidak adanya antusiasme yang tinggi, telah membuat pelajaran ini menjadi pelajaran yang kalah penting dibanding dengan pelajaran lain. Minat siswa baik yang menyangkut minat baca maupun minat untuk mengikuti pelajaran bahasa Indonesia semakin tampak menurun. Padahal, bila kebiasaan menulis sukses diterapkan sejak SMP maka seharusnya saat SMA siswa telah dapat mengungkapkan gagasan mereka secara kreatif baik dalam bentuk deskripsi, narasi, maupun eksposisi yang diperlihatkan melalui pemuatan tulisan mereka berupa Surat Pembaca di berbagai surat kabar. Dengan demikian, apresiasi dari pembelajaran bahasa Indonesia menjadi jelas tampak prakteknya dalam kehidupan sehari-hari. Bila diberikan bobot yang besar pada penguasaan praktek membaca, menulis, dan apresiasi sastra dapat membuat para siswa mempunyai kemampuan menulis jauh lebih baik Hal ini sangat berguna sekali dalam melatih memanfaatkan kesempatan dan kebebasan mereka untuk mengungkapkan apa saja secara tertulis, tanpa beban dan tanpa perasaan takut salah.

Setelah melihat pada ilustrasi dari pola pengajaran tersebut kita dapat melihat adanya kelemahan kelemahan dalam pengajaran bahasa Indonesia di sekolah. KBM belum sepenuhnya menekankan pada kemampuan berbahasa, namun lebih pada penguasaan materi. Hal ini terlihat dari porsi materi yang tercantum dalam buku paket lebih banyak diberikan dan diutamakan oleh para guru bahasa Indonesia, sedangkan pelatihan berbahasa yang sifatnya lisan ataupun praktek hanya memiliki porsi yang jauh lebih sedikit. Kemampuan berbahasa tidak didasarkan atas penguasaan materi bahasa saja, tetapi juga perlu latihan dalam praktek kehidupan sehari-hari.

2.3 Peningkatan Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

2.3.1 Peranan Pemerintah dalam Peningkatan Penggunaan Bahasa Indonesia

Menyadari peran penting pendidikan bahasa Indonesia, pemerintah seharusnya terus berusaha meningkatkan mutu pendidikan. Apabila pola pendidikan terus mengikuti pola-pola lama, maka hasil dari pembelajaran bahasa Indonesia yang didapatkan oleh siswa juga tidak akan berpengaruh banyak. Sejalan dengan tujuan utama pembelajaran bahasa Indonesia supaya siswa memiliki kemahiran berbahasa diperlukan sebuah pola alternatif baru yang lebih variatif dalam pengajaran bahasa Indonesia di sekolah. Agar proses KBM di kelas yang identik dengan hal-hal yang membosankan dapat berubah menjadi suasana yang lebih semarak dan menjadi lebih hidup. Dengan lebih variatifnya metode dan teknik yang disajikan diharapkan minat siswa untuk mengikuti pelajaran bahasa Indonesia meningkat dan memperlihatkan antusiasme yang tinggi. Selain itu guru hendaknya melakukan penilaian proses penilaian atas kinerja berbahasa siswa selama KBM berlangsung. Jadi tidak saja berorientasi pada nilai ujian tertulis. Perlu adanya kolaborasi baik antar guru bahasa Indonesia maupun antara guru bahasa Indonesia dengan guru bidang studi lainnya. Dengan demikian, tanggung jawab pembinaan kemahiran berbahasa tidak semata-mata menjadi tanggung jawab guru bahasa Indonesia melainkan juga guru bidang lain.

Selain itu, siswa dan guru memerlukan bahan bacaan yang mendukung pengembangan minat baca, menulis dan apresiasi sastra. Untuk itu, diperlukan buku-buku bacaan dan majalah sastra yang berjalin dengan pengayaan bahan pengajaran bahasa Indonesia. Kurangnya buku-buku pegangan bagi guru, terutama karya-karya sastra mutakhir (terbaru) dan buku acuan yang representatif merupakan kendala tersendiri bagi para guru. Koleksi buku di perpustakaan yang tidak memadai juga merupakan salah satu hambatan bagi guru dan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Perpustakaan sekolah hanya berisi buku paket yang membuat siswa malas mengembangkan minat baca dan wawasan mereka lebih jauh. Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah harus membantu penyediaan buku-buku bahasa Indonesia terbaru ke setiap sekolah-sekolah. Selain penjelasan di atas telah ditetapkan oleh pemerintah bahwa bahasa pengantar dalam pendidikan di Indonesia adalah ahasa Indonesia, jadi sudah sewajarnya instansi pendidikan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penyelenggaran pendidikan.

Peranan Guru dalam Peningkatan Penggunaan Bahasa Indonesia

Kemampuan guru bahasa Indonesia dalam bidang materi pelajaran juga berpengaruh besar terhadap keberhasilan pelajaran bahasa Indonesia siswa. Guru harus lebih pandai dari murid dalam berbagai hal yang ada kaitannya dengan pelajaran bahasa Indonesia. Tentu saja guru juga harus memiliki bekal kemampuan cara mengajar yang baik, selain memiliki kemampuan dalam pelajaran bahasa Indonesia.

Guru harus sadar dan mengetahui, serta mengajarkan kepada siswa beberapa aspek dalam pelajaran bahasa Indonesia; yaitu membaca, menulis, mendengar, berbicara, tata bahasa/linguistik dan sastra. Setiap aspek pelajaran bahasa Indonesia memiliki karakteristik masing-masing. Jadi, tidak setiap pertemuan dalam pelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan oleh guru hanya linguistik saja atau sastra saja. Misalnya, pelajaran dengan aspek berbicara, siswa memang harus diajarkan untuk berbicara seperti dalam berpidato, memberi tanggapan, diskusi, dan lain sebagainya. Masalah berkaitan dengan kemampuan siswa ketika menyampaikan sesuatu di depan umum, dia tidak dapat menyampaikan secara baik. Itu bukan hanya masalah kemampuan berbahasa siswa saja, tetapi menyangkut mental, penguasaan materi, dan kebiasaan siswa berbicara di depan umum.

Selain itu, guru juga harus membuat strategi pembelajaran khususnya pembelajaran bahasa indonesia yang menarik bagi siswa. Strategi pembelajaran meliputi aspek yang lebih luas daripada metode pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan cara pandang dan pola pikir guru dalam mengajar. Dalam mengembangkan strategi pembelajaran paling tidak guru perlu mempertimbangkan beberapa hal antara lain bagaimana cara: mengaktifkan siswa, mengumpulkan informasi dengan stimulus pertanyaan, menggali informasi dari media cetak, membandingkan dan mensintesiskan informasi, bagaimana mengamati (mengawasi) kerja siswa secara aktif, serta melakukan kerja praktik. Sehingga suasana di kelas pun akan menyenangkan dan juga kondusif.

Dalam proses KBM nya pun, pendidik harus memperhatikan hal-hal di bawah ini agar peserta didik merasakan bahwa belajar itu menyenangkan, di antaranya :

a. Penampilan guru yang hangat dan menumbuhkan partisipasi positif,

b. Peserta didik mengetahui maksud dan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia,

c. Tersedia fasilitas, sumber belajar, dan lingkungan yang mendukung,

d. Adanya prinsip pengakuan penuh atas pribadi setiap peserta didik,

e. Adanya konsistensi dalam penerapan aturan atau perlakuan oleh guru di dalam proses belajar mengajar,

f. Adanya pemberian “penguatan” dalam proses belajar-mengajar,

g. Jenis kegiatan Pembelajaran menarik atau menyenangkan dan menantang.

BAB 3

SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan

Penggunaan bahasa Indonesia dalam proses kegiatan belajar dan mengajar masih jauh dari apa yang dicita-citakan yaitu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai ejaan yang disempurnakan. Hal itu disebabkan karena di dalam proses KBM masih banyak kekurangannya, diantaranya : kurangnya kesadaran peserta didik akan pentingnya bahasa Indonesia, Karena bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan dan juga merupakan identitas bangsa yang tidak boleh hilang dan harus kita pelihara, dan dalam prosesnya itu sendiri masih banyak kesalahan dalam pengucapan dan penulisan ejaan, dikarenakan masih dipengaruhi oleh bahasa daerah, bahasa asing, dan bahasa popular.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia dalam proses KBM harus ada dukungan dari berbagai pihak, baik dari pemerintah, pendidik, dan juga peserta didik itu sendiri. Salah satunya melalui dukungan materil dari pemerintah, perubahan metode pembelajaran oleh pendidik, dan juga harus ada kontribusi dari peserta didik itu sendiri akan pentingnya belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sehingga semuanya akan terwujud dengan baik jika semua pihak ikut serta dalam peningkatan penggunaan bahasa Indonesia dalam proses KBM.

3.2 Saran

Kita sebagai generasi muda hendaknya kita mampu meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik dalam linkungan pendidikan maupun dalam kehidupan sehari-hari.